Wednesday, May 7, 2014

kumpulan kisah TKI




Dear, salah satu alasan saya mulai mencintai negri ini adalah karena mereka. Bukan mereka yang hanya digambar, tapi mereka bahkan yang tidak dan belum saya kenal. Tepatnya, orang Indonesia lain yang seperti mereka yang mengaku "Kami tidak mungkin disini non, kalau kami tidak punya masalah". Fine, everyone is always entangled with their problems.

1. Kisah ibu-ibu yang kusayang dari pengajian di Mahallah Aminah.

These are the pictures of them. Mereka berjumlah 7 orang yang notabenenya orang Indonesia tulen, kebanyakan mereka adalah orang Jember, boyan, sulawesi dan madura, ah ya, medan juga ada, padang sekalian. Rata-rata umur adalah sekitar 35-60 tahun. See? walau dimata kita mungkin dunia tidak adil memberikan kesempatan, tapi mereka berpikir tentang hal positif dan selalu. Mereka bersyukur, mereka tersenyum.

Mereka bekerja di kampus sebagai tukang bersih-bersih asrama, salah satu diantara mereka :

1. Beliau berkaki pincang, kulit di kaki terlihat menjahit seisi jari-jari, membuatnya terlihat tidak memiliki jari-jari kaki. Dan tahukah apa pekerjaan beliau? Suatu Jum'at sebelum mengisi pengajian mereka, saya melihat beliau tergopoh jalan menuju ruang pengajian. Ditangan kanannya ada ember berisi parit, hanger dan sedikit tanah, sedangkan dikiri tangan, beliau memegang selang panjang. Lihat, beliau terima dan jalankan, bahkan beliau merelakan waktu istirahatnya untuk mengaji. demi apa? pembaca pasti sudah lebih tahu.

Namanya bu Mas, asal baweyan Jawa Timur. Penanam kacang-kacangan disekitar tanah asrama, ketika sudah panen, beliau dengan riang memberi saya. Suara beliau ketika mengaji, 100% akan membuat pendengar bersemangat menyimak, Allah... Sang Maha Pemberi suara merdu Bu Mas. Beliau satu-satunya Ibu ibu yang mampu mengaji Al-qur'an dengan tartil dan tajwid yang benar.

Ah ya, beliau ditakdirkan lahir sebagai anak yang  harus berusaha menghidupi ibu kandungnya di kampung. Sesekali beliau kesal tapi segera dihapus istighfar, beliau mengeluh mengapa ibunda tak kunjung sembuh. Ya, ibunya menderita sakit yang cukup parah, membakar habis uang hasil kerja Bu Mus.

 
2. Dua ibu diantara tujuh menangis siang itu ketika saya bertanya setelah memberi materi ringan.

Saya : Ibu-ibu, ada yang perlu ditanyakan? Atau ada yang ingin bercerita?
Mereka satu persatu bercerita. Tentang kisah mereka, jalan hidup mereka.
Dua ibu :
A: Saya ikhlas menjadi istri yang dimadu, suami saya tidak pulang-pulang, nafkah lahir batin pun tak ada. Saya yakin Allah akan adil, tapi Non, bagaimana saya harus bertindak sebagi istri? Siang malam saya berdoa untuk suami saya yang sudah haji itu, tapi kebiasaan menjudinya tak kunjung sembuh.

B : Saya juga seperti kisah Ibu A, Non. Bedanya saya lebih lagi, suami saya KDRT.

Saya : !@#$#@!@#$%##@!@#$

Ibu A&B : Sudah, Non. Kami sudah melakukannya. Tapi tetap saja tidak ada hasil.

Saya : Baik, biar ini menjadi PR untuk saya, In sha Allah minggu depan, kita berjumpa lagi disini.

3.  Di lain tempat dan jalan takdir, saya dipertemukan Aisyah. Seorang gadis berusia 16 tahun, korban kekerasan manusia yang katanya 'sholehah' dengan balutan cadar dan hijab panjang. Ya, Aisyah adalah korban human trafficking atau penjualbelian manusia atau perdagangan manusia. 
(red : yang menjualnya itulah yang bercadar, asal Indonesia juga).
 
Pada suatu hari, saya mendapat whatsapp dari seorang lelaki yang sebenarnya belum saya kenal, sebut saja Pak Ali. Beliau yang mengaku mengenal saya melalui group whatsapp meminta tolong dan memohon saya untuk membantu beliau. Pak Ali adalah teman tetangganya Aisyah. Dan pada saat itu, saya baru pertama kali diminta untuk mengurus TKI seperti ini, sendirian. Menurut pengakuan Pak Ali, Aisyah kini ada di Malaysia di daerah Amanpuri, Kepong. Sekitar 2.5 jam dari kampus saya. Katanya, Aisyah disuruh bekerja untuk melayani lelaki. Saya yang ingin tahu lebih banyak akhirnya menelpon Aisyah. Alhamdulillah, Pak Ali punya nomor hp Aisyah yang di Malaysia. Tanpa basa basi, saya mengaku kepada Aisyah bahwa saya seorang mahasiswi yang tinggal di Kuala Lumpur dan berniat untuk memulangkan Aisyah ke Tegal, tanah kelahirannya. Akhirnya, kami janjian untuk bertemu.
 
Saya datang bersama teman Arina. Ais tinggal di sebuah rumah susun standar.
 
 







thailand 2013

thailand 2013
phi phi and james bond island