Tangan siapa yang enggan
menyambut jika pesona dunia diobral gratis? Sebagian kita meronta, meminta
belas kasih dunia tanpa malu berucap “Ayolah Duhai, datanglah padaku”.
Namun sebagian lain menghardik wujud dunia dan hidup tanpa ikhtiar sebenar.
Bagaimana dengan kabar nafsu yang
mesranya mengikuti diri? Bukankah nafsu dan dunia itu sahabat hidup dan mati?
“Nafsu itu laksana anak balita. Jika kau manjakan ia,sampai dewasa pun
tak kan lepas ia dari susuan ibunya”-Imam Busyiri
Pernahkah kita merasa salah dan
berdosa namun teguh berdiri dalam jebakan? Nah, tanyakan lagi. Binatang dan
nafsunya mungkin sedang asyik bermain-main di dalam diri.
Ada sebuah kutipan dari Muhammad
Ainun Najib :
“Muhammad, kami tentu akan datang
ke acara peringatan kelahiranmu di kampung kami masing-masing, namun pada saat
itu nanti wajah kami tidaklah seceria seperti tatkala kami datang ke toko-toko
serba ada, ke bioskop, ke pasar malam, ke tempat-tempat rekreasi.
Kami mengirim shalawat kepadamu
seperti yang dianjurkan oleh Allah karena Ia sendiri beserta para malaikatNya
juga memberikan shalawat kepadamu. Namun pada umumnya itu hanya karena kami
membutuhkan keselamatan diri kami sendiri.
Seperti juga kalau kami
bersembahyang sujud kepada Allah, kebanyakan dari kami melakukannya karena
kewajiban, tidak karena kebutuhan, kerinduan atau cinta yang meluap-luap. Kalau
kami berdoa, doa kami berfokus pada kepentingan pribadi kami masing-masing”.
Naudzubillah min zalik.
Semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang disebutkan diatas. Semoga
kita dimudahkanNya menggapai petunjuk dan hidayah. DiberkahkanNya dalam tiap
tindakan dan dijauhkan dari perbuatan sesat merugikan.
Sedikit refleksi, pernahkah kita
berdoa untuk orang lain seperti ini : “Ya Rabb, jadikan sahabatku ini lebih
baik dariku”. Jika tidak pernah, tanyakan, apakah iri masih ada dalam hati?
Jika belum, mari segera. Berdoa itu gratis, berdoa sesuka kita, berdoa semau
kita. Kebaikan akan kembali dan pasti.
Hidup kita itu sebaiknya ibarat
jam dnding – dilihat orang atau tidak, ia tetap berdetak. Dihargai orang atau
tidak ia tetap berputar. Diterimakasihi atau tidak ia tetap bekerja dan memberi
manfaat.
Jika disebutkan satu per satu
mengenai nafsu kebinatangan, pasti akan ada banyak sekali versi. Tanpa perlu
diceritakan pun biarlah diri yang mengetahui. Ujian hidup sejenis ini memang
tidak mudah dilulusi.
Dan jangan pernah bandingkan
ujian orang lain dengan ujian yang kita hadapi. Setiap orang tak sama,. Baju,
sepatu pun berbeda ukurannya. Namun tujuannya sama, ujian ialah tanda
sayangNya, agar kita selalu mengingatNya.
Bagi yang pernah jatuh, Allah
akan mengangkatnya jika taubat nasuha kepadaNya benar-benar diperankan.
Lalu yang masih ikut menari-nari bersama kebinatangan, mari kita basmi.
Munculkan sifat khouf (takut) pada Allah dan haya’ (malu)
terhadap Rasulullah. Bukankah kita impikan hidup bersama Rasul? Lalu bagaimana
mungkin kita tinggal didekatnya jika hati saja tidak dibersihkan dari hal-hal
haram yang dibencinya? Walau sekecil dzarroh semoga kita mampu
membasminya sampai ke akar. Karena terkadang yang kecil di mata kita bisa jadi
besar di mata Allah atau bahkan membuat malaikat Atid kewalahan mencatat dosa
di setiap ‘buku’ kita.
Allahu, Allahu Pemberi Rahmat dan
Hidayah.. ihdinaa..ihdinaa.. ilaa shirootika al-mustaqiim. Aamiin ya
Allah, Robbul ‘Alamiin.
Wallahu a’lam.